Selasa, 28 Juni 2016

Macam-macam Fitnah Dajjal



Prediksi ke-96 Nabi Muhammad Saw Tentang Berbagai Peristiwa Akhir Zaman
Sumber : Kitab Al-Jawahir al-Lamma'ah



Diantara salah satu doa Nabi Saw berikut ini, yang artinya :
Ya Alloh, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari fitnah masih Dajjal”.

Didalam kitab Fathul Bari – syarah kitab Hadis Al-Bukhari dikatakan : didalam sebuah Hadis  dari Abu Umamah yang terdapat didalam kitab Hadis Sunan Ibnu Majah dijelaskan, bahwa Dajjal mula-mula mengaku, ”Aku ini seorang nabi”, kemudian menghaku: ”Aku ini tuhan kalian”.

Diantara fitnah Dajjal, pada suatu ketika dia mendatangi orang awam kampung seraya mengatakan, ”Bagaimana pendapatmu, andaikata ibu-bapakmu saya hidupkan kembali. Apakah kamu akan mengakui aku sebagai tuhanmu?!”. Mereka menjawab, ”Ya, kami setuju”. Kemudian datang dua syetan yang menjelma menyerupai ibu-bapaknya seraya mengucapkan: ”Wahai anakku, ikuti saja Dajjal. Dia Tuhanmu”.

Contoh lain fitnah Dajjal, dia mendatangi suatu penduduk desa yang mayoritas mengingkari dan membohongi keberadaannya, lalu mereka menjadi mati semua. Suatu ketika ia pun mendatangi suatu penduduk yang mempercayai Dajjal sebagai tuhan, lalu memerintahkan langit agar menurunkan hujannya, seketika itu hujan turun dengan derasnya, dan ia memerintahkan bumi agar menumbuhkan berbagai tetumbuhan, seketika itu bermunculan berbagai tetumbuhan di muka bumi, sehingga mereka dapat hidup dengan senang dan sejahtera.

Dajjal muncul pada saat manusia mengalami krisis keimanan dan kurang mengetahui ilmu agama, sebagaimana yang dijelaskan hadis Nabi Saw yang diriwayatkan imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ya’la dan Al-Hakim. Syeikh Safarini mengatakan, ”Pada jaman kita sekarang ini, dimana fitnah agama tersebar dimana-mana, orang-orang banyak yang meninggalkan perilaku sunnah, perilaku sunnah dianggap bid’ah, dan perilaku bid’ah dianggapnya sunnah, para ulama hendaknya berjuang keras mengajarkan dan menyiarkan hadis-hadis Nabi yang berkaitan dengan persoalan Dajjal”.

Dari Abu Sa’id al-Khudhriy, katanya : ”Rosululloh Saw pernah mengatakan kepada kami suatu hadis yang cukup panjang tentang Dajjal. Diantara yang disabdakan beliau kepada kami adalah, bahwa Dajjal hendak memasuki kota Madinah, sementara dia diharamkan memasuki dan menelusuri jalan-jalannya, lantas dia berhenti di tanah berpasir dekat Madinah. Saat itu ada salah seorang yang  terbaik datang menghadap ke Dajjal sambil berkata, ”Aku bersaksi bahwa engkau adalah si Dajjal yang pernah diceritakan Rosululloh Saw didalam hadisnya”. Kata Dajjal kepada para pengikutnya, ”Bagaimana menurut kalian, seandainya orang ini aku bunuh, lalu aku hidupkan kembali, apakah kalian masih meragukan aku sebagau tuhan seluruh manusia?!”. ”Tidak ...... Sedikit pun kita tidak ragu-ragu”, jawab mereka. Dajjal benar-benar membunuh dan menghidupkan kembali orang tersebut. Setelah hidup kembali, orang itu berkata,”Setelah aku mati dan hidup kembali saat ini, sekarang aku benar-benar yakin, bahwa  engkau adalah si Dajjal”. Dajjal sangat marah dan akan membunuhnya lagi, namun ia tidak mampu melakukannya.

Syaikh Muhammad al-Qurthubi mengatakan didalam kitab Tadzkirah, menurut sebagian ulama’, bahwa orang yang dibunuh dan dihidupkan kembali tersebut adalah bernama Nabi Khidhir. Sementara menurut riwayat yang lain, orang tersebut merupakan salah satu dari pembantu Imam Mahdi. Wallohu A’lam.

Riwayat dari Asma’ Yazid bin As-Sakan. Katanya, bahwa Rosululloh Saw pernah bersabda, artinya :

Dajjal tinggal di bumi selama 40 (empat puluh) tahun. Satu tahun, lamanya bagai sebulan. Sebulan, lamanya bagai sepekan. Sepekan, lamanya bagai sehari. Dan sehari, lamanya bagai nyala rating pelepah kurma didalam kobaran api”.

Didalam kitab hadis shahih imam Muslim disebutkan sebuah Hadis dari sahabat an-Nawwas bin Sam’an, yang artinya :

Dia berkata: ”Kami para sahabat menanyakan soal Dajjal kepada Rosululloh Saw, ”Ya Rasulalloh, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?”. Jawab beliau Saw, ”40 hari. (bukan 40 tahun)”. Kami para sahabat beranya lagi, ”Ya Rasululloh, lamanya sehari bagai setahun tersebut apakah cukup untuk melakukan sholat sehari-semalam?”. Jawab beliau Saw, ”Tidak cukup. Perkirakan saja berapa lamanya”. Kami tanyakan lagi, ”berapa lama ia tinggal di bumi?”. ”Bagaikan hujan yang diikuti angin kencang dari belakang”

Dijelaskan didalam kitab Fathul Bari, Al-Qoadhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadis-hadis ini sebagai hujjah bagi para ulama ahlussunnah bahwa Dajjal benar-benar akan muncul ke dunia dan dapat disaksikan oleh siapa saja. Melalui Dajjal ini, Alloh akan menguji keimanan semua manusia. Alloh memberikan kemampuan luar biasa kepada Dajjal, seperti kemampuan untuk mematikan dan menghidupkan kembali seseorang, para pengikutnya mengalami kehidupan yang sejahtera, mampu membikin sungai seketika, mampu mengadakan surga dan neraka yang dapat disaksikan siapa saja, mampu mengungkap harta karun yang tersimpan didalam bumi, mampu memerintah langit agar menurunkan hujan, maka turunlah hujan seketika, mampu memerintah bumi agar menumbuhkan beraneka ragam tetumbuhan. Kesemuanya ini atas kehendak dan kekuasaan Alloh semata melalui perantaraan Dajjal, dan pada akhirnya atas kehendak dan kekuasaan Alloh pula Dajjal dilemahkan, tidak mampu berbuat apa-apa, kekuasaannya hilang, dan dapat dibunuh oleh Nabi Isa yang turun dari langit ke bumi.

Sebagian kaum diluar golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, seperti kaum khawarij, mu’tazilah dan kaum jahmiyah, menentang keberadaan Dajjal dan menolak keshahihan hadis Nabi yang menjelaskan persoalan Dajjal. Bahkan umat Islam Indonesia ada yang sudah keracunan faham yang tidak mempercayai munculnya Dajjal. Berkenaan dengan persoalan ini, salah seorang ulama dari Pakistan yang tersohor sebagai seorang pembaharu pemikiran dalam Islam, yakni Abul A’la Al-Maududi dengan gagah beraninya mengkritik hadis Nabi yang mengungkap keberadaan Dajjal didalam kitabnya yang berjudul Rosail Masail, halaman 57, cetakan tahun 1351 H,yang artinya : 

Rosululloh Saw menyangka bahwa keluarnya Dajjal pada masanya atau masa yang dekat dengan masanya. Persangkaan Beliau Saw tersebut telah berlalu selama 1350 tahun, suatu kurun yang cukup panjang, namun Dajjal belum juga muncul. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa persangkaan Rosululloh Saw tersebut tidak benar”.

Itulah pendapat Abul A’la al-Maududi. Sebagian pemuda Islam Indonesia teracuni dengan pemikiran al-Maududi tersebut. Bahkan ada yang mengejek kaum muslimin yang mempercayai akan munculnya Dajjal di akhir zaman. Ketidakpercayaan sebagian para pemuda terhadap keberadaan Dajjal itu kemungkinan disebabkan kejadiannya yang luar biasa yang tidak dapat diterima akal. Namun perlu diingat, bahwa setiap kejadian luar biasa yang tidak mampu diterima akal manusia itu mesti tidak benar atau perlu ditolak, karena tidak sedikit hal ini telah diungkapkan oleh Al-Qur’an, seperti yang ditunjukkan oleh Asif bin Barkhiya, yakni kemampuannya memindahkan kraton milik Ratu Bilqis dari kerajaan Saba’ dari Shana’a di Yaman ke Palestina, berhadapan dengan istananya Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata. Dan masih banyak contoh keluarbiasaan lain yang tidak mampu diterima akal manusia.

Saudara kaum muslimin diharapkan tetap teguh berpegang pada ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dalam mengantisipasi tanda-tanda dekatnya akhir zaman, mewaspadai gerak zaman yang begitu cepat, terjadinya peperangan dan pembunuhan di luar negari yang mungkin saja akan merembet ke Indonesia. Semoga Alloh menyelamatkan Negara kita dari berbagai bentuk pembunuhan dan peperangan. Namun hal ini tetap tergantung pada sikap dan perilaku para ulama dan umara’ dalam memperhatikan, mengkaji, mentaati dan mengamalkan firman-firman Alloh. Diantaranya firman-Nya, yang artinya :


وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمٖ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ
 Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (S Hud,[11] : 117)

Ayat di atas menjelaskan tentang hancurnya suatu negara disebabkan oleh perbuatan rusak para penduduknya, terutama para umaro’ dan pemuka yang tidak berusaha memperbaiki rakyatnya yang sudah rusak karena berbuat kemaksiatan seperti perzinahan, perjudian dan sejenisnya. Sebagaimana yang disinggung Rosululloh dalam sabdanya, yang artinya :

 Jika sudah tersebar perzinaan dan praktek riba di suatu desa, mereka benar-benar telah menyiapkan diri untuk menerima siksa Alloh”.

Coba kita renungkan firman Alloh berikut, yang artinya :


وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ
Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS An-Nahl,[16] : 112)

Ayat di atas hamper persisi seperti kondisi negara kita Indonesia yang tadinya penuh dengan luberan nikmat Alloh, aman, tentram, sejahtera, kaya-raya, gemah ripah loh jinawi, kemudian penduduk Negara ini mengkufuri nikmat tersebut, dan dengan sombongnya mereka menganggap bahwa nikmat tersebut merupakan hasil karya dan usaha keras mereka sendiri, lepas dari berkah dan karunia Alloh, sehingga Alloh memberi mereka pakaian kelaparan seperti terjadinya paceklik, sandang pangan serba mahal, dan perasaan takut mungkin akibat perang di luar negeri merembet ke Indonesia, atau negera kita dijadikan bulan-bulanan Negara-negara super power.

Oleh karena itu, sangat penting kita senantiasa memohon kepada Alloh agar mengingatkan dan memberi petunjuk kepada para penguasa dan pimpinan Negara, serta kepada para ulamanya agar mau berusaha sekuat tenaga memperbaiki keburukan akhlak masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar