Selasa, 15 April 2014

SIAPA YANG LEBIH MULIA : MALAIKAT ATAUKAH MANUSIA ? (MKM - 23)





Sejak dulu para ulama membandingkan kemuliaan derajat antara malaikat dan manusia, terutama di kalangan mutakallimin (ahli kalam).
Secara garis besar ada tiga kelompok pendapat: 1). Manusia yang sholeh (para Nabi, dan kaum sholihin) lebih mulia daripada malaikat;  2) Malaikat lebih mulia daripada manusia.  3) Tawaqquf (diam, tak mau terjebak pro dan kontra, menyerahkan sepenuhnya pada Allah) 
Kaum mu'tazilah dan sejnisnya lebih memilih pendapat kedua. sedangkan kaum ahlussunnah wal Jamaah memilih pendapat pertama. Abu Hanifah dan sebagian pengikut Asy'ariyah memilih pendapat ketiga.

Alasan ulama yang Mengutamakan Kaum Sholih daripada Malaikat :
1. Alloh SWT memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam. Hal ini Munjukkan Nabi Adam dan anak keturunannya yang sholihin lebih mulia daripada malaikat. (QS Al Baqoroh, [2] : 34 dan ayat lainnya).
2. Alloh SWT menciptakan Adam dengan tangan-Nya sendiri, sedangkan menciptaka malaikat dengan kalimat-Nya (Kun, fayakun).
3. Alloh SWT menjadikan manusia Kholifah-Nya
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(QS Al-Baqoroh,[2] : 30)
4. Kelebihan manusia atas malaikat karena keilmuannya.
وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ.  قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku Asma'-2 (nama benda-benda) itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. " (QS Al-Bqoroh,2] : 31-32)
5. Manusia memiliki cipta, rasa dan karsa sebagai perwujudan hasil olah aqal dan hawa nafsu (syahwat, amarah, kerakusan, egois, dll), secara seimbang, sehingga menjadikannya sebagai makhluk dinamis yang mampu menciptakan budayanya sendiri, serta memiliki kemampuan / kebebasan dalam memilih, memutuskan dan menjalankan kehendaknya. Berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki akal tanpa nafsu, atau hewan yang punya nafsu tanpa akal, atau jin yang punya akal dan nafsu tapi nafsu lebih menguasai akalnya.
6. Banyak hadis Nabi yang menjelaskan bahwa Alloh SWT memuji-muji dan membanggakan manusia sholih di hadapan para malaikat.


Alasan Orang yang Mengutamakan Malaikat daripada Manusia.

Mereka berargumen antara lain:
1. Manusia tidak luput dari dosa dan salah, sedangkan malaikat tak pernah melakukan dosa. Ini menunjukkan keterbatasan / kekurangan manusia.
2. Beralasan pada ayat 50 QS Al-An'am
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
"Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?" (QS Al-An'am,[6]: 50)



Tahqiq  : Titik Temu

Kata Ibnu Taimiyah, dilihat dari Nihayah-nya (perjalanan Akhir), manusia sholih lebih utama daripada malaikat, karena  kesempurnaan yang akan mereka peroleh di hari akhir (surga) nanti, yakni mendapatkan kedudukan yang tinggi dan sangat dekat dengan Tuhan-Nya. Alloh mengucapkan salam dan tambahan nikmat dan menampakkan diri kepada mereka. Melihat Wajah dengan mata kepala merupakan nikmat tertinggi:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ   إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
."Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. " (QS Al-Qiyamah,[75] : 22-23)

Dan para malaikat (dalam bentuk palayan, bidadari)-pun melayani segala kebutuhan manusia dg izin Alloh SWT.
Kalau dilihat dari "Bidayah" (permulaan), para malaikat lebih baik dari manusia, karena mereka sangat dekat di sisi Alloh SWT, diajuhkan dari dosa dan salah (ma'shum), senantiasa beribadah dan bertasbih.
Dengan perbandingan tersebut, maka kedua pendapat di atas dapat ditemukan satu titik-temunya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar